Dentuman notifikasi ponsel berbunyi pelan. Jari-jari Intan, siswi kelas 12 di Lubuk Basumg, dengan cekatan mengusap layar ponselnya ke atas, membuka aplikasi TikTok untuk sekedar "istirahat lima menit" setelah tiga jam mengerjakan latihan soal UTBK. Namun, waktu berjalan tanpa terasa. Lima menit berubah menjadi tiga puluh menit. Inilah potret keseharian para pejuang UTBK dari Generasi Z, generasi yang lahir dan besar dalam ekosistem digital.
UTBK atau Ujian Tulis Berbasis
Komputer merupakan pintu gerbang utama menuju
perguruan tinggi negeri yang diimpikan. Bagi Intan, UTBK bukan sekedar ujian biasa. "Ini seperti penentu masa depanku," ujarnya dengan
nada serius. Namun, di balik semangat
itu, dunia digital tetap tak bisa lepas dari genggaman. TikTok, Instagram,
dan YouTube menjadi teman
setia sekaligus pelarian di tengah
rutinitas belajar yang padat.
"Aku juga sering nonton video belajar di TikTk kok," ujar Intan, mencoba membela kebiasaannya
sambil tertawa. Tidak bisa dipungkiri, platform digital kini berperan besar dalam dunia pendidikan. Banyak konten edukatif bermunculan, menyajikan tips menjawab soal TPS
atau memahami teks bacaan hanya dalam waktu
satu menit. Bagi Gen Z yang terbiasa dengan alur informasi cepat dan visual yang dinamis, ini sangat efektif.
Namun tidak semua mampu mengelola waktu dengan bijak. Syaira, siswa kelas 12 dari Bukittinggi, mengakui sering kehilangan
fokus akibat terlalu
lama berselancar di media sosial. "Awalnya niat cari motivasi belajar, tapi
ujung-ujungnya malah nonton
video kucing yang lucu-lucu," katanya sambil tersenyum kecut. Saat menyadari
waktu belajar terbuang sia-sia, perasaan panik
pun muncul.
Rasa cemas semakin meningkat
ketika melihat teman-teman seangkatan
mulai memamerkan hasil tryout atau berbagi rangkuman
materi di grup WhatsApp. Informasi memang mengalir deras, tapi terkadang menambah beban mental. “Kalau teman sudah bisa ngerjain soal HOTS, sementara aku masih bingung ngerjain TPS, rasanya minder banget,” kata Fadil, siswa asal Padang, dengan nada pelan.
Meski dibayangi berbagai
distraksi, semangat belajar tetap menyala. Naufal dari Pekanbaru adalah contoh siswa yang memanfaatkan teknologi secara positif.
“Aku pakai aplikasi kalender digital untuk menyusun jadwal belajar,
dan nonton YouTube buat memahami materi yang susah,” katanya. Baginya, teknologi bukan pengganggu, melainkan alat bantu yang sangat berguna.
Fenomena ini menampilkan
wajah baru dari pejuang UTBK masa kini. Belajar tidak
lagi identik dengan tumpukan buku dan coretan tangan. Kini, belajar bisa dilakukan lewat video berdurasi satu menit, podcast edukatif, atau aplikasi pembuat mind map. Beberapa siswa bahkan mulai memproduksi konten edukasi mereka sendiri.
“Awalnya cuma
iseng bikin video pas ngerjain soal
TPS, tapi ternyata banyak yang suka dan merasa terbantu,” ujar Dinda, siswi asal Padang Panjang yang kini memiliki lebih dari 12 ribu pengikut di TikTok. Ia merasa
bangga bisa belajar sambil berbagi. “Kalau bisa
bantu orang lain sambil belajar, kenapa tidak?”
Tak hanya konten akademik, banyak siswa juga membuat vlog harian yang menunjukkan perjuangan mereka selama
persiapan UTBK. Mulai dari rutinitas
belajar, teknik
mengatasi kejenuhan, hingga tips menjaga kesehatan mental. Mereka menjadikan proses belajar bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga bentuk ekspresi diri.
Namun, di balik cerita
digital yang menarik ini, masih ada
tantangan klasik yaitu keterbatasan akses. Di beberapa daerah,
internet masih menjadi barang mahal. “Kadang aku harus ke warnet
buat ikut tryout online,” ujar Dimas, siswa dari Pasaman barat. Meski
dihadapkan pada kondisi yang tidak ideal, semangat belajarnya tak pernah
surut.
Bagi sebagian siswa lain, perjuangan bukan hanya soal teknologi atau materi pelajaran, tapi juga tentang kondisi keluarga. Ada yang harus membantu
orang tua bekerja sepulang
sekolah, atau berbagi waktu belajar dengan menjaga adik di rumah. Situasi-situasi ini menambah dimensi baru
dalam kisah perjuangan mereka.
Di balik layar ponsel yang terus menyala itu, tersembunyi cerita tentang harapan, kecemasan, dan tekad. UTBK bagi Generasi Z tidak hanya soal menjawab
pilihan ganda, tatapi juga tentang mengelola waktu, mengendalikan distraksi, dan membangun mental yang kuat. Mereka belajar menghadapi
tantangan zaman dengan cara mereka sendiri,
entah melalui TikTok berdurasi satu menit, atau melalui air mata yang tumpah di malam hari karena tryout
yang gagal.
Saat hari ujian tiba, wajah-wajah
tegang terlihat di gerbang lokasi tes. Beberapa
mendengarkan musik melalui
earphone untuk
menenangkan diri, ada juga yang pusing mencari ruangan ujian,
dan yang lainnya tampak berkenalan satu sama lain. Di
balik itu semua, ada ribuan kisah tentang
perjuangan yang luar biasa.
Scroll TikTok, belajar, panik, itulah perjalanan yang mewarnai perjuangan UTBK Generasi Z. Sebuah babak kehidupan yang penuh warna dan tantangan, yang kelak akan dikenang sebagai bagian penting
dari perjalanan meraih mimpi. Mereka tak
hanya diuji oleh soal-soal pilihan ganda, tetapi juga oleh kehidupan yang serba cepat dan dinamis. Dan dalam perjalanan itu, mereka tumbuh
menjadi pribadi yang lebih tangguh, adaptif, dan kreatif.
UTBK bukanlah akhir
dari segalanya, melainkan awal dari berbagai
kemungkinan. Dan siapa tahu, dari layar ponsel yang tampak sepele itu, lahir ide-ide besar yang suatu hari akan mengubah dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar