Minggu, 15 Juni 2025

(FEATURE) Scroll Tiktok, Belajar, Panik: Potret Pejuang UTBK Gen Z

Dentuman notifikasi ponsel berbunyi pelan. Jari-jari Intan, siswi kelas 12 di Lubuk Basumg, dengan cekatan mengusap layar ponselnya ke atas, membuka aplikasi TikTok untuk sekedar "istirahat lima menit" setelah tiga jam mengerjakan latihan soal UTBK. Namun, waktu berjalan tanpa terasa. Lima menit berubah menjadi tiga puluh menit. Inilah potret keseharian para pejuang UTBK dari Generasi Z, generasi yang lahir dan besar dalam ekosistem digital.

UTBK atau Ujian Tulis Berbasis Komputer merupakan pintu gerbang utama menuju perguruan tinggi negeri yang diimpikan. Bagi Intan, UTBK bukan sekedar ujian biasa. "Ini seperti penentu masa depanku," ujarnya dengan nada serius. Namun, di balik semangat itu, dunia digital tetap tak bisa lepas dari genggaman. TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi teman setia sekaligus pelarian di tengah rutinitas belajar yang padat.

"Aku juga sering nonton video belajar di TikTk kok," ujar Intan, mencoba membela kebiasaannya sambil tertawa. Tidak bisa dipungkiri, platform digital kini berperan besar dalam dunia pendidikan. Banyak konten edukatif bermunculan, menyajikan tips menjawab soal TPS atau memahami teks bacaan hanya dalam waktu satu menit. Bagi Gen Z yang terbiasa dengan alur informasi cepat dan visual yang dinamis, ini sangat efektif.

Namun tidak semua mampu mengelola waktu dengan bijak. Syaira, siswa kelas 12 dari Bukittinggi, mengakui sering kehilangan fokus akibat terlalu lama berselancar di media sosial. "Awalnya niat cari motivasi belajar, tapi ujung-ujungnya malah nonton video kucing yang lucu-lucu," katanya sambil tersenyum kecut. Saat menyadari waktu belajar terbuang sia-sia, perasaan panik pun muncul.

Rasa cemas semakin meningkat ketika melihat teman-teman seangkatan mulai memamerkan hasil tryout atau berbagi rangkuman materi di grup WhatsApp. Informasi memang mengalir deras, tapi terkadang menambah beban mental. “Kalau teman sudah bisa ngerjain soal HOTS, sementara aku masih bingung ngerjain TPS, rasanya minder banget,” kata Fadil, siswa asal Padang, dengan nada pelan.

Meski dibayangi berbagai distraksi, semangat belajar tetap menyala. Naufal dari Pekanbaru adalah contoh siswa yang memanfaatkan teknologi secara positif. “Aku pakai aplikasi kalender digital untuk menyusun jadwal belajar, dan nonton YouTube buat memahami materi yang susah,” katanya. Baginya, teknologi bukan pengganggu, melainkan alat bantu yang sangat berguna.

Fenomena ini menampilkan wajah baru dari pejuang UTBK masa kini. Belajar tidak lagi identik dengan tumpukan buku dan coretan tangan. Kini, belajar bisa dilakukan lewat video berdurasi satu menit, podcast edukatif, atau aplikasi pembuat mind map. Beberapa siswa bahkan mulai memproduksi konten edukasi mereka sendiri.

Awalnya cuma iseng bikin video pas ngerjain soal TPS, tapi ternyata banyak yang suka dan merasa terbantu,” ujar Dinda, siswi asal Padang Panjang yang kini memiliki lebih dari 12 ribu pengikut di TikTok. Ia merasa bangga bisa belajar sambil berbagi. “Kalau bisa bantu orang lain sambil belajar, kenapa tidak?”

Tak hanya konten akademik, banyak siswa juga membuat vlog harian yang menunjukkan perjuangan mereka selama persiapan UTBK. Mulai dari rutinitas belajar, teknik mengatasi kejenuhan, hingga tips menjaga kesehatan mental. Mereka menjadikan proses belajar bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga bentuk ekspresi diri.

Namun, di balik cerita digital yang menarik ini, masih ada tantangan klasik yaitu keterbatasan akses. Di beberapa daerah, internet masih menjadi barang mahal. “Kadang aku harus ke warnet buat ikut tryout online,” ujar Dimas, siswa dari Pasaman barat. Meski dihadapkan pada kondisi yang tidak ideal, semangat belajarnya tak pernah surut.

Bagi sebagian siswa lain, perjuangan bukan hanya soal teknologi atau materi pelajaran, tapi juga tentang kondisi keluarga. Ada yang harus membantu orang tua bekerja sepulang sekolah, atau berbagi waktu belajar dengan menjaga adik di rumah. Situasi-situasi ini menambah dimensi baru dalam kisah perjuangan mereka.

Di balik layar ponsel yang terus menyala itu, tersembunyi cerita tentang harapan, kecemasan, dan tekad. UTBK bagi Generasi Z tidak hanya soal menjawab pilihan ganda, tatapi juga tentang mengelola waktu, mengendalikan distraksi, dan membangun mental yang kuat. Mereka belajar menghadapi tantangan zaman dengan cara mereka sendiri, entah melalui TikTok berdurasi satu menit, atau melalui air mata yang tumpah di malam hari  karena tryout yang gagal.



Saat hari ujian tiba, wajah-wajah tegang terlihat di gerbang lokasi tes. Beberapa mendengarkan musik melalui earphone untuk menenangkan diri, ada juga yang pusing mencari ruangan ujian, dan yang lainnya tampak berkenalan satu sama lain. Di balik itu semua, ada ribuan kisah tentang perjuangan yang luar biasa.

Scroll TikTok, belajar, panik, itulah perjalanan yang mewarnai perjuangan UTBK Generasi Z. Sebuah babak kehidupan yang penuh warna dan tantangan, yang kelak akan dikenang sebagai bagian penting dari perjalanan meraih mimpi. Mereka tak hanya diuji oleh soal-soal pilihan ganda, tetapi juga oleh kehidupan yang serba cepat dan dinamis. Dan dalam perjalanan itu, mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh, adaptif, dan kreatif.

UTBK bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari berbagai kemungkinan. Dan siapa tahu, dari layar ponsel yang tampak sepele itu, lahir ide-ide besar yang suatu hari akan mengubah dunia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(ARTIKEL) Perempuan Perlawanan dari Tanah Rencong: Kisah Cut Nyak Dien Melawan Belanda

  Di ujung barat Nusantara, di tanah yang disebut Aceh Darussalam, berkobar perlawanan rakyat yang panjang dan penuh pengorbanan melawan kol...